Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib
Peperangan Bangsa Rum (Romawi) dan Persia
Secara ringkas, kami paparkan sebagian sejarah tentang bangsa Romawi dan Persia yang diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya (3/514-515). Beliau mengatakan:
Bangsa Rum adalah keturunan
Al-‘Aish bin Ishaq bin Ibrahim, saudara sepupu Bani Israil. Dinamakan
pula dengan Bani Al-Ashfar.
Mereka menganut agama orang-orang Yunani.
Bangsa Yunani sendiri adalah keturunan Yafuts bin Nuh dan mereka adalah
orang-orang yang menyembah bintang. Bangsa Rum yang membangun kota
Damsyik (Damaskus) dan tempat-tempat ibadahnya. Bangsa ini masih
menganut agama mereka sampai datangnya ‘Isa Al- Masih, kira-kira selama
tiga ratus tahun. Setiap raja yang memerintah mereka disebut Kaisar.
Orang pertama yang masuk ke
dalam agama Nasrani dari raja-raja bangsa Rum adalah Konstantin. Namun
kemudian mereka berpecah-belah, sementara para pendeta menetapkan suatu
undang-undang doktrin agama bagi negara dan merubah agama Nabiyullah
‘Isa, mereka tambah dan kurangi semau mereka. Mereka membuat berbagai
acara perayaan atau peringatan. Mereka juga membagi tingkatan-tingkatan
keuskupan atau kependetaan dalam beberapa tingkat seperti yang kita
kenal sekarang ini (ada Paus, Uskup dan sebagainya,).
Yang jelas, mereka tetap memeluk agama tersebut sampai diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap meninggalnya seorang kaisar, bangkit pula kaisar penggantinya, sampai akhirnya datang masa pemerintahan Heraklius.
Heraklius termasuk seorang
raja yang jenius dan cermat. Dia memiliki kekuasaan pemerintahan cukup
besar dan luas, sehingga Kisra Persia Sabur memusuhinya. Padahal
kerajaannya lebih luas daripada Kaisar (Heraklius). Sabur ini termasuk
seorang Majusi (penyembah api).
Yang termasyhur dalam sejarah
adalah Kisra sendiri maju menghadapi Kaisar di negerinya, mengalahkan
dan mengepungnya, sehingga tidak ada kota yang tersisa kecuali
Konstantinopel yang juga dikepung cukup lama. Sementara itu orang-orang
Nashara (Kristen) sangat keterlaluan dalam memuliakan dan mengagungkan
Kaisar.
Kisra sendiri merasa tidak
sanggup menembus pertahanan di wilayah Konstantin ini, karena sebagian
wilayahnya berdekatan dengan laut bebas dan sebagian lagi berada di
daratan luas.
Setelah cukup lama berselang,
Kaisar mencoba sebuah tipu muslihat. Dia minta Kisra agar melepas
wilayahnya dengan sejumlah harta dan beberapa persyaratan. Kisrapun
memenuhi dan menuntut sejumlah harta yang demikian besar yang tidak
mungkin dihimpun oleh seorang raja manapun di muka bumi ini. Akhirnya
Kaisar meminta agar dibolehkan keluar menuju beberapa wilayah
kekuasaannya untuk mengumpulkan harta benda tersebut. Kemudian dia
memanggil semua pembesar agama dan kerajaannya dan berkata:
“Saya akan keluar untuk suatu
urusan yang telah diputuskan untuk saya laksanakan dengan sepasukan
prajurit pilihan. Kalau saya kembali ke tengah-tengah kalian sebelum
satu tahun, maka saya tetap raja kalian. Kalau saya tidak kembali waktu
itu, kalian boleh pilih, tetap membai’at saya sebagai raja atau
mengangkat salah seorang dari kalian sebagai pengganti raja buat
kalian.”
Mereka mengatakan:
“Anda tetap raja kami dalam keadaan bagaimanapun.”
Akhirnya Kaisar berhasil
keluar dan dengan cepat menuju ke kerajaan Persia. Dengan gerakan cepat
bersama beberapa prajurit pilihannya, dia berhasil menghancurkan
beberapa wilayah kerajaan Persia seperti Madain. Bahkan berhasil
membunuh putera mahkota raja Persia, menawan para wanita dan
isteri-isteri raja, merampas harta benda yang ada dan mengirimkan semua
itu kepada Kisra. Tentu saja Kisra Persia yang menerimanya sangat
terkejut dan berduka. Dan tekanannya terhadap pengepungan itu semakin
keras.
Setelah merasa tidak sanggup
menembus pertahanan Kaisar, Kisra Persia mencoba jalan lain melalui
sungai Jaihun yang merupakan satu-satunya jalan menuju ke
Konstantinopel.
Ketika hal ini diketahui oleh
Kaisar, diapun melancarkan satu taktik jitu yang belum pernah dilakukan
siapapun sebelumnya. Dia mempersiapkan pasukan pengintai yang bersamanya
di dekat arungan sungai. Pasukan lain diperintahkannya untuk mengangkut
jerami, kotoran hewan kemudian dilemparkan ke sungai. Tatkala
benda-benda itu melewati Kisra, dia menyangka bahwa Kaisar dan pasukan
telah menyelam di arah depan, maka diapun memerintahkan untuk mengejar.
Kaisar tiba di tengah-tengah
pasukan induknya dan memerintahkan untuk bangkit dan menyelam. Merekapun
menyelam dan bergerak cepat. Akhirnya mereka lolos dari Kisra dan
pasukannya, dan berhasil masuk ke Konstantinopel kembali. Tinggallah
Kisra dalam penuh kebingungan dan terheran-heran, apa yang mereka
kerjakan? Negeri Kaisar tidak berhasil ditundukkan, malah negeri sendiri
diporak-porandakan oleh Kaisar. Inilah kemenangan Romawi terhadap
kerajaan Persia yang terjadi dalam waktu sekitar sembilan tahun setelah
mereka dikalahkan oleh Persia. Peristiwa pertempuran kedua negara super
power ini terjadi di dekat wilayah jazirah Arab.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الم
غُلِبَتِ الرُّومُ
فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ
فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
بِنَصْرِ اللَّهِ ۚ يَنصُرُ مَن يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
“Alif Laam Miim. Telah
dikalahkan bangsa Rum, di negeri terdekat dan sesudah dikalahkan itu
mereka akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah segala
urusan sebelum dan sesudahnya. Dan pada hari itu kaum mu`minin
bergembira, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (Ar-Ruum: 1-5)
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa
ayat ini turun ketika Raja (Kisra) Persia Sabur menguasai negeri Syam
dan koloninya dari beberapa wilayah di jazirah Arab dan pedalaman negeri
Romawi. Hal ini memaksa Heraklius Raja Romawi menyingkir dan berlindung
di Konstantinopel. (At-Tafsir, 3/512)
Al-Imam Ahmad, Al-Baihaqi, At-Tirmidzi, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma tentang ayat ini, dia mengatakan:
“Mereka (Romawi) dikalahkan
dan (kemudian) mengalahkan. Kaum musyrikin sangat senang apabila
orang-orang Persia berhasil mengalahkan orang-orang Romawi karena Persia
dan mereka sama-sama penyembah berhala. Sedangkan kaum muslimin
menginginkan agar bangsa Romawi yang menaklukkan Persia karena mereka
adalah orang-orang ahli kitab.”
Dalam riwayat At-Tirmidzi dari Niyar bin Mukarram Al-Aslami dia mengatakan:
“Ketika turun ayat-ayat ini,
bangsa Persia berhasil mengalahkan bangsa Romawi. Sedangkan kaum
muslimin sangat menginginkan kemenangan ada di pihak Romawi, karena
mereka ahlul kitab. Sedangkan kaum musyrikin sangat gembira dengan
kemenangan Persia ini karena mereka bukan ahli kitab dan tidak pula
beriman dengan hari kemudian. Tatkala ayat ini turun, Abu Bakr
membacakannya dengan lantang.”
Sebagian orang Quraisy yang mengetahui ini menantang:
“Baik. Ini kesepakatan di
antara kita. Temanmu itu menyangka bahwa Romawi akan mengalahkan Persia
dalam waktu beberapa tahun. Maukah kamu, kita bertaruh masalah ini?”
Abu Bakr menjawab: “Boleh.” Pertaruhan ini terjadi sebelum perkara ini dilarang.
Orang-orang musyrik itu berkata kepada Abu Bakr:
“Berapa tahun kita tetapkan? Yakni antara tiga sampai sembilan tahun. Sebutkan supaya kita jadikan putusan akhir.”
Kemudian mereka menetapkan waktu enam tahun.
Setelah berlalu enam tahun,
belum juga tampak kemenangan itu, akhirnya taruhan Abu Bakr diambil oleh
Quraisy. Namun masuk tahun ketujuh, terjadilah kemenangan itu.
Disebutkan oleh rawi bahwa sebagian kaum muslimin mencela Abu Bakr yang
membatasi hanya enam tahun, karena Allah menyatakan:
فِيْ بِضْعِ سِنِينَ
“Dalam beberapa tahun.” (Ar-Ruum: 4)
Ketika itu, banyaklah orang yang masuk Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
أَمَا إِنَّهُمْ سَيَغْلِبُوْنَ.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka akan menang.”
Berita ini segera disampaikan oleh Abu Bakr kepada orang-orang Quraisy. Lalu merekapun berkata:
“Buatlah kesepakatan di antara
kita dengan satu tempo. Kalau kami yang menang kami berhak mendapatkan
sesuatu. Dan kalau kalian yang menang kalian berhak mendapatkan sesuatu
pula.”
Maka Abu Bakr memberikan
batasan bahwa Romawi akan menang dalam waktu lima tahun, namun ternyata
belum juga terbukti. Hal ini juga beliau sampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda:
أَلاَ جَعَلْتَهَا إِلَى دُونَ -أُرَاهُ قَالَ- الْعَشْرِ.
“Apakah tidak engkau jadikan sampai masa di bawah -saya kira beliau menyebut- 10 tahun.”
Sa’id bin Jubair mengatakan
البِضْعُ artinya bilangan yang ada di bawah sepuluh. Dan memang akhirnya
pasukan Romawi menang. (Sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Katsir, Wallahu a’lam).
Sebagian ulama ada yang
menyebutkan bahwa kemenangan Romawi tersebut terjadi bertepatan dengan
peristiwa Badr Al-Kubra. Adapula yang menyatakan hal itu pada masa
Hudaibiyah, Wallahu a’lam.
Sumber bacaan:
- Tafsir Ibnu Katsir (jilid 3), Ibnu Katsir
- 2. Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim
- Shahih Sirah An-Nabawiyah, Asy-Syaikh Al-Albani
- Mukhtashar Siratur Rasul, Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar