Oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib
Beberapa orang suku Khazraj dari Madinah
ketika melakukan ibadah haji bersedia menerima dakwah Rasulullah.
Mereka bersedia menerima dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
karena sebelumnya telah mendengar dari orang-orang Yahudi bahwa akan
datang seorang Nabi. Ketika Nabi itu benar-benar datang, mereka pun
beriman kepadanya, sementara orang-orang Yahudi malah mengkufurinya.
Siang dan malam, tidak pernah berhenti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah. Setiap musim haji,
beliau selalu mendatangi kabilah-kabilah dari luar kota Makkah untuk
mendakwahkan Islam. Namun tak satupun yang menyambut seruan beliau.
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala memang ingin menampakkan dan memenangkan
Al Haq ini.
Suatu ketika, di musim haji, datanglah
beberapa orang dari suku Khazraj Madinah, yaitu Abu Umamah As’ad bin
Zurarah, ‘Auf bin Al-Harits, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin ‘Amir, ‘Uqbah
bin ‘Amir, dan Jabir bin Abdullah bin Riab. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam pun menemui mereka, menerangkan ajaran
Islam dan membacakan beberapa ayat Al Qur’an.
Sebelum ini, para pemuka suku tersebut
sebenarnya telah sering mendengar berita dari orang-orang Yahudi, sekutu
mereka, bahwa akan datang seorang Nabi yang dengannya mereka memerangi
orang-orang kafir seperti memerangi ‘Aad dan Iram. Pada tahun
berikutnya, datanglah 12 orang, termasuk enam orang pertama kecuali
Jabir. Bersama rombongan ini ikut serta Mu’adz bin Al-Harits bin Rifa’ah
saudara ‘Auf, juga ‘Ubadah bin Ash-Shamit, Yazid bin Tsa’labah, Abul
Haitsam bin At-Taihan, ‘Uwaimir bin Malik, dan Dzakwan bin ‘Abdul Qais.
Tentang peristiwa ini Jabir
menceritakan: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih di
Makkah dan mengajak manusia kepada Islam, beliau mendatangi mereka di
setiap musim haji, di pasar ‘Ukkaz, Majannah, sambil berkata: ‘Siapakah
yang akan membantuku menyebarkan risalah Rabbku ini? Bagiannya adalah
jannah (surga).’
Namun, tidak ada yang mau menyambut
seruan itu, sampai akhirnya Allah mengirim kami kepada beliau, dan
bertemu di ‘Aqabah. Ketika itu beliau bersama ‘Abbas pamannya. Kami
berkata kepada beliau: ‘Ya Rasulullah, atas dasar apa kami bersumpah
setia (bai’at) kepadamu?’ Kata beliau: ‘Kalian berbai’at untuk tetap
mendengar dan taat, di waktu semangat maupun berat, dalam keadaan lapang
maupun sempit (susah), menolongku kalau aku datang kepada kalian dan
membelaku seperti kalian membela anak, isteri, dan diri kalian sendiri.
Dan kalian akan mendapat balasan surga.’ Kami pun segera membai’atnya.
Yang pertama menggenggam tangan beliau
adalah As’ad bin Zurarah padahal dia adalah yang paling muda di antara
kami, dan dia berkata: “Tunggu dulu, wahai orang-orang Yatsrib
(Madinah). Kita tidak akan menyerahkan kepadanya jantung hati kita
kecuali kita tahu betul bahwa dia adalah Rasulullah. Dan mengeluarkannya
pada hari ini berarti menghadapi bangsa Arab seluruhnya, membunuh
orang-orang terbaik dari kalian, dan siap menghadapi peperangan.
Pilihan kalian, kalau kalian sabar
terhadap hal ini, ambil sumpah setia ini, dan balasan bagi kalian di
tangan Allah. Kalau kalian takut dan mengkhawatirkan diri kalian, maka
tinggalkan dia. Dan ini udzur bagi kalian di sisi Allah.’ Serempak yang
lain berkata:
‘Wahai As’ad, lepaskan tanganmu. Demi
Allah kami tidak akan biarkan bai’at ini berlalu begitu saja dan kami
tidak membencinya.’ Kemudian satu persatu dari kami berdiri menggenggam
tangan beliau mengucapkan bai’at, beliau memberi syarat, dan menjanjikan
surga bagi kami.”
Setelah itu mereka kembali ke Madinah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam mengutus Ibnu
Ummi Maktum dan Mush’ab bin ‘Umair untuk berdakwah di Madinah. Akhirnya,
Islam tersebar menembus pintu-pintu setiap rumah di Madinah. Melalui
dakwahnya berimanlah beberapa tokoh seperti Usaid bin Hudhair, Sa’ad bin
Mu’adz yang kemudian diikuti seluruh suku Bani Abdil Asyhal, laki-laki
dan perempuan kecuali ‘Amru bin Tsabit bin Qais yang masuk Islam ketika
terjadi perang Uhud dan dia gugur sebagai syuhada sebelum sempat sujud
satu kalipun.
Tentang dia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَمِلَ قَلِيْلاً، وَأُجِرَ كَثِيْرًا
“Dia beramal sedikit, tapi diberi pahala berlimpah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Al-Barra`)
Kemudian Mush’ab kembali ke Makkah. Pada
musim haji berikutnya, datanglah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sekitar 73 orang laki-laki dan dua orang perempuan dari
Madinah di bawah pimpinan Al-Barra’ bin Ma’rur. Mereka berbai’at kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana halnya yang
dikisahkan Jabir. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan agar mereka segera kembali ke kemah-kemah mereka.
Keesokan harinya, orang-orang kafir
Quraisy mendatangi mereka dan menanyakan apa yang telah dilakukan mereka
semalam, termasuk mencari kebenaran berita bahwa orang-orang Madinah
itu akan memerangi mereka. Abdullah bin Ubai bin Salul yang ketika itu
ikut bersama rombongan dari Madinah menampik dan menegaskan
ketidakbenaran berita tersebut. Sekilas tentang Aus dan Khazraj Ibnu
Hisyam menukilkan dari keterangan Hasan bin Tsabit bahwa orang-orang
Anshar (penduduk Madinah) adalah keturunan Aus dan Khazraj yang keduanya
adalah anak dari Haritsah bin Tsa’labah bin ‘Amru.
Kedua kabilah ini sesungguhnya pada masa
jahiliyyah selalu bermusuhan dan saling berperang. Masing-masing
dibantu oleh sekutu-sekutu mereka dari golongan Yahudi. Setiap kali
mereka berperang, masing-masing dari Yahudi tersebut mengancam, bahwa
telah tiba masanya akan datang seorang Nabi, dan kami akan memerangi
kalian bersama dia seperti memerangi ‘Aad dan Iram. Setelah Allah
subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
orang-orang Anshar segera menyambut seruan tersebut, sementara Yahudi
mengingkarinya. Tentang hal ini Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan:
وَلَمَّا
جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ
وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى
الْكَافِرِيْنَ “
Dan tatkala telah datang kepada mereka
sebuah kitab dari sisi Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
Padahal mereka sebelumnya senantiasa mengharap-harap kemenangan atas
orang-orang kafir. Tapi setelah datang kepada mereka sesuatu yang telah
mereka ketahui, mereka mengingkarinya, maka laknat Allah terhadap
orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 89)
Ibnu Ishaq mengatakan: “Telah bercerita
kepada kami ‘Ashim bin ‘Amr bin Qatadah dari beberapa orang tokoh dari
kaumnya. Mereka berkata:
‘Sesungguhnya beberapa faktor yang
mendorong kami masuk Islam -dengan rahmat dan hidayah Allah subhanahu wa
ta’ala- tatkala kami mendengar dari beberapa orang Yahudi -sedangkan
kami waktu itu masih musyrik penyembah berhala- mereka mempunyai ilmu
yang tidak ada pada kami. Dan antara kami dengan mereka sering terjadi
permusuhan.
Apabila kami mencaci maki mereka dengan sesuatu yang tidak disukai mereka, mereka berkata:
‘Sungguh hampir tiba masanya
sekarang ini, akan diutusnya seorang Nabi, kami akan memerangi kalian
bersamanya seperti memerangi bangsa ‘Aad dan Iram.’
Inilah yang selalu kami dengar dari
mulut mereka. Namun tatkala Allah telah mengutus Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, kami segera menyambut seruan beliau ketika mengajak
kami untuk beriman kepada Allah, apalagi setelah kami tahu ancaman
mereka itu. Maka kami mendahului mereka beriman kepada beliau, sedangkan
mereka mengingkarinya. Dan ayat ini turun berkaitan dengan keadaan kami
dan mereka.”
Bacaan: 1. Tafsir Ibnu Katsir 2.
Zadul Ma’ad, Ibnul Qayyim 3. Sirah Ibnu Hisyam 4. Shahih As-Sirah
An-Nabawiyyah, Asy-Syaikh Al-Albani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar