Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar
Pada edisi lalu dikisahkan bahwa
pasukan Islam telah bergerak mendahului kaum Quraisy menuju tempat yang
terdekat dengan sumber air di Badr. Peperangan pertama antara muslimin
dan musyrikin pun siap berkecamuk.
Kaum muslimin akhirnya tiba di daerah
Badr. Mereka mengambil tempat lebih dekat ke Madinah, sedangkan
musyrikin menempati posisi lebih dekat ke Makkah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِذْ
أَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوَى
وَالرَّكْبُ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَوْ تَوَاعَدْتُمْ لاخْتَلَفْتُمْ فِي
الْمِيعَادِ وَلَكِنْ لِيَقْضِيَ اللهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولا لِيَهْلِكَ
مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ وَإِنَّ
اللهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ
“(Yaitu di hari) ketika kamu berada
di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang
jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu mengadakan
persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak
sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah
mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang
mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan
keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan
keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Al-Anfaal: 42)
Kedua pasukan mulai berhadapan
Setelah mendengar pendapat para
shahabatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
gembira dan menunjuk ke beberapa tempat, sambil mengatakan bahwa ini
adalah tempat jatuhnya bangkai Fulan dan Fulan (beberapa tokoh Quraisy).
Dan tidak ada satupun yang luput dari apa yang beliau tunjukkan.
Demikian diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya dari Anas bin
Malik.
Al-Imam Bukhari mengisahkan peristiwa ini dalam kitab Shahih-nya:
عَنْ
عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِي الله عَنْه أَنَّهُ قَالَ أَنَا أَوَّلُ
مَنْ يَجْثُو بَيْنَ يَدَيِ الرَّحْمَنِ لِلْخُصُومَةِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَقَالَ قَيْسُ بْنُ عُبَادٍ وَفِيهِمْ أُنْزِلَتْ (هَذَانِ
خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ) قَالَ هُمِ الَّذِينَ تَبَارَزُوا
يَوْمَ بَدْرٍ حَمْزَةُ وَعَلِيٌّ وَعُبَيْدَةُ أَوْ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْحَارِثِ وَشَيْبَةُ بْنُ رَبِيعَةَ وَعُتْبَةُ بْنُ رَبِيعَةَ وَالْوَلِيدُ بْنُ عُتْبَةَ
“Dari ‘Ali bin Abi Thalib radliyallahu
‘anhu, dia mengatakan: ‘Saya adalah orang pertama yang berlutut di
hadapan Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) di hari kiamat untuk
khushumah (bertengkar, mempertahankan hujjah).’
Qais bin ‘Ubad (salah seorang rawi),
mengatakan bahwa tentang merekalah turunnya ayat: هَذَانِ خَصْمَانِ
اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ (Inilah dua golongan (golongan mu’min dan
golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb
mereka).[1]
Katanya: ‘Mereka adalah orang-orang yang
perang tanding dalam peristiwa Badr, yaitu Hamzah, ‘Ali dan ‘Ubaidah
atau Abu ‘Ubaidah bin Al-Harits, melawan Syaibah bin Rabi’ah, ‘Utbah bin
Rabi’ah, dan Al-Walid bin Utbah.’
Abu Daud meriwayatkan juga dari ‘Ali,
katanya: “Kemudian ‘Utbah maju diikuti oleh puteranya Al-Walid dan
saudaranya Syaibah. Dan bangkitlah tiga pemuda Anshar menghadapi mereka.
Tapi ‘Utbah mengatakan: “Kami tidak butuh kalian. Yang kami cari
anak-anak paman kami.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wa sallam berseru: “Bangkitlah, hai Hamzah. Bangkitlah, hai ‘Ali.
Bangkitlah, hai ‘Ubaidah!”
Kemudian Hamzah perang tanding dengan
‘Utbah, sedangkan Al-Walid dan ‘Ubaidah saling menyerang beberapa kali
dan masing-masing menderita luka. Kemudian kami menyerang Al-Walid dan
membunuhnya lalu membawa ‘Ubaidah.”
Ibnu Hajar (dalam Al-Fath
7/372) menerangkan bahwa riwayat ini lebih shahih daripada
riwayat-riwayat lain yang menceritakan tentang siapa lawan ‘Ali bin Abi
Thalib. Tetapi di dalam buku-buku sirah (sejarah), disebutkan bahwa yang
menjadi lawan ‘Ali adalah Al-Walid. Karena keduanya sama-sama masih
muda, sedangkan Syaibah dan ‘Utbah sudah berumur seperti halnya Hamzah
dan ‘Ubaidah.”
Ketika musuh mulai mendekat, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam berdiri di tengah-tengah
pasukan dan memberikan nasehat serta mengingatkan agar mereka sabar dan
tabah mengharapkan pertolongan dan kemenangan dari Allah Ta’ala. Beliau
menerangkan bahwa Allah Ta’ala menjanjikan jannah (surga) bagi mereka
yang gugur di jalan-Nya. Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu:
قُومُوا
إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ قَالَ يَقُولُ عُمَيْرُ
بْنُ الْحُمَامِ الأَنْصَارِيُّ يَا رَسُولَ اللهِ جَنَّةٌ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ قَالَ نَعَمْ قَالَ بَخٍ بَخٍ فَقَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ بَخٍ
بَخٍ قَالَ لا وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ إِلا رَجَاءَةَ أَنْ أَكُونَ مِنْ
أَهْلِهَا قَالَ فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ
قَرَنِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهُنَّ ثُمَّ قَالَ لَئِنْ أَنَا حَيِيتُ
حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيلَةٌ قَالَ
فَرَمَى بِمَا كَانَ مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ ثُمَّ قَاتَلَهُمْ حَتَّى
قُتِلَ
“Bangkitlah menuju jannah yang luasnya
seluas langit dan bumi. Berkatalah ‘Umair bin Al Humam Al-Anshari:
“Wahai Rasulullah, surga seluas langit dan bumi?”
“Ya.” Kata Rasulullah. ‘Umair berkata lagi: “Bagus. Bagus.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bertanya: “Apa yang mendorongmu mengatakan bagus, bagus?”
Kata ‘Umair: “Tidak ada, wahai Rasulullah kecuali berharap agar aku menjadi penghuninya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam berkata: “Engkau penghuninya.”
‘Umair mengeluarkan kurma dari kantung
bekalnya dan mulai memakannya. Tapi kemudian dia berkata: “Kalau aku
masih hidup sampai memakan habis kurmaku ini, sungguh adalah kehidupan
yang sangat panjang.” Lalu dia membuang kurma itu dan maju ke
tengah-tengah musuh hingga dia sendiri terbunuh.”
Pertempuran mulai berlangsung.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam melihat kekuatan
pasukan tidak seimbang kemudian beliau masuk ke dalam tenda yang
disediakan dan mulai bermunajat, berbisik memanggil Rabbnya, memohon
agar Allah membuktikan janji-Nya.
Al-Imam Bukhari meriwayatkan:
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَ بَدْرٍ اللهمَّ إِنِّي أَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَوَعْدَكَ اللهمَّ إِنْ
شِئْتَ لَمْ تُعْبَدْ فَأَخَذَ أَبُو بَكْرٍ بِيَدِهِ فَقَالَ حَسْبُكَ
فَخَرَجَ وَهُوَ يَقُولُ )سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ (
“Dari Ibnu ‘Abbas, katanya: “Pada waktu
perang Badr Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
berdo’a: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, tentang
ketetapan dan janji-Mu. Ya Allah, kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau
tidak akan disembah lagi.’
Abu Bakr memegang tangan beliau dan berkata: “Cukuplah.”
Kemudian beliau keluar sambil membaca
ayat: سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ (Golongan itu pasti
akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang).”
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya:
إِذْ
تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ
بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ وَمَا جَعَلَهُ اللهُ إِلا
بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ
عِنْدِ اللهِ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ
أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ
وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأَقْدَامَ إِذْ يُوحِي
رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ
آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا
فَوْقَ الأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
شَاقُّوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَمَنْ يُشَاقِقِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ
اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“(Ingatlah), ketika kamu memohon
pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: ‘Sesungguhnya
Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang
datang berturut-turut.’ Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala
bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi
tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Ingatlah), ketika
Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya,
dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan
dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu).
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang
yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam
hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah
tiap-tiap ujung jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa
menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras
siksaan-Nya.” (Al-Anfaal: 9-13)
Bala Bantuan dari Langit dan Kemenangan kaum Muslimin
Ibnul Qayyim rahimahullahu Ta’ala
menceritakan bahwa para malaikat berlomba-lomba mendahului kaum muslimin
menyerang kaum musyrikin. Dalam riwayat Ibnu ‘Abbas Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda:
هَذَا جِبْرِيلُ آخِذٌ بِرَأْسِ فَرَسِهِ عَلَيْهِ أَدَاةُ الْحَرْبِ
“Inilah Jibril sedang memegang kepala kudanya yang di atasnya terdapat peralatan perang.” (HR. Al-Bukhari)
Al-Imam Muslim menceritakan pula dari
Ibnu ‘Abbas yang mendengar kisah dari ‘Umar bin Al-Khaththab
radliyallahu ‘anhu: “Ketika seorang muslim sedang bertempur dengan
seorang musyrikin, dia mendengar suara dari sebelah atas: “Majulah, hai
Haizum!” Dan ketika dia melihat si musyrik yang ada di depannya ternyata
telah terjungkal dalam keadaan wajah robek seperti terkena lecutan
cambuk.” Dia menceritakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa ‘ala alihi wa sallam, dan beliau berkata: “Engkau benar. Itulah bala
bantuan dari langit ketiga.” (Bersambung, Insya Allah)
[1] Al-Hajj: 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar