Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-tab-view-di-blog.html#ixzz2EU7pdnWj
Diberdayakan oleh Blogger.

Jagalah Persatuan dengan Akhlak Mulia [Nasihat Al-'Allamah Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi hafizhahullah untuk Salafiyin]



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
[Pertama] Aku wasiatkan kepada kalian wahai Ikhwah untuk bertakwa kepada Allah tabaraka wa ta’ala,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan selalu memberikan jalan keluar baginya dan memberikan rizki dari arah yang tidak ia sangka.” [Ath-Tholaq: 2-3]
Dalam masalah apapun, jika engkau bertakwa kepada Allah ta’ala niscaya Allah akan memberikan kepadamu kelapangan dan jalan keluar, yaitu kelapangan di dunia dan akhirat. Dengan takwa, engkau akan selamat dari kemarahan dan kemurkaan Allah ta’ala, dan di akhirat engkau selamat dari azab-Nya. Dengan takwa, Allah ta’ala menyiapkan untukmu surga yang luasnya seperti langit dan bumi yang telah Allah ta’ala siapakan bagi orang-orang yang bertakwa,
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan (dalam surga), (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya.” [An-Naba’: 31-33]
Semua kenikmatan ini dapat diraih dengan ketakwaan. Kelapangan, keluasan dan rahmat dari Allah ‘azza wa jalla juga dapat diraih dengan ketakwaan, demikian pula derajat tertinggi di akhirat –baarokallahu fiyk- diraih dengan ketakwaan.
Jadilah orang yang aqidahnya selamat (dari penyimpangan), manhajnya lurus dan ibadahnya benar, yaitu engkau meyakini apa yang telah Allah ta’ala syari’atkan untuk diyakini dalam permasalahan-permasalahan tauhid, baik dalam tauhid rububiyah, tauhid asma’ was shifat dan tauhid ibadah (uluhiyah), juga dalam sholatmu, puasamu, zakatmu, hajimu, berbakti kepada kedua orang tua dan menjauhi kemaksiatan yang besar maupun kecil. Maka hendaklah kalian bertakwa kepada Allah ta’ala.

[Kedua] Dan hendaklah kalian ikhlas, sebab keikhlasan itu adalah sesuatu yang sangat penting dalam ibadah, menuntut ilmu dan dakwah. Semua amalan yang kita lakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala harus dilakukan semata-mata karena Allah ‘azza wa jalla,
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Maka beribadahlah kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya bagi-Nya.” [Az-Zumar: 2]
Ikhlas adalah keharusan, dan berhati-hatilah dari riya’ dan syirik, baik yang besar maupun kecil. Jika engkau menuntut ilmu karena Allah ta’ala, maka malaikat akan menghamparkan sayap mereka untukmu karena senang dengan amalanmu (menuntut ilmu), dan jika engkau sampai pada derajat ulama, maka jadilah engkau pewaris para Nabi. Dalam hal apa engkau menjadi pewaris para Nabi? Yaitu dalam keimanan, ketakwaan, penyampaian dakwah kepada Allah ta’ala, amar ma’ruf nahi munkar, membawa bendera jihad jika engkau telah mengibarkannya, dan dalam setiap kebaikan engkau menjadi sebab kemanfaatan bagi manusia dan hilangnya keburukan dari mereka.
Dan tidaklah kebaikan itu tersebar kecuali dengan jalan ilmu yang benar, tidaklah keburukan dihilangkan, kesyirikan diberantas, bid’ah-bid’ah dibasmi dan kemungkaran dikalahkan kecuali dengan ilmu yang benar. Jika tersebar ilmu yang benar ini maka itulah kebaikan, maka fitnah (kesesatan) dan bid’ah-bid’ah menjadi berkurang, kesyirikan pun pergi, demikian seterusnya, apabila ilmu memimpin suatu masyarakat maka kejelekan-kejelekan ini akan berkurang dan hilang, kecuali yang tersisa adalah kemunafikan yang disembunyikan oleh kaum munafikin, namun ini permasalahan lain, adapun kejelekan-kejelekan mereka secara lahir itu tersembunyi, segala puji hanya bagi Allah ta’ala. Dan hendaklah engkau bertakwa kepada Allah ta’ala dalam menuntut ilmu, menyebarkannya, berdakwah kepada Allah ta’ala dan amar ma’ruf nahi munkar, ikhlaskan karena Allah ta’ala semata.
[Ketiga] Hendaklah kalian berpegang teguh dengan ilmu, hendaklah kalian berpegang teguh dengan ilmu, yaitu ilmu yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam; kitab Allah ta’ala (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam (Al-Hadits) dengan pemahaman As-Salafus Shalih. Yakni, jika sulit bagimu memahami satu ayat atau hadits, maka alhamdulillah telah disusun kitab-kitab penjelasan dan tafsir Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat tafsir-tafsir Salaf, seperti kitab Tafsir Ibnu Jarir (Ath-Thobari), Tafsir Al-Baghawi, Tafsir Ibnu Katsir (Asy-Syafi’i), Tafsir Abdur Rozzaq –sebagiannya telah tercetak- dan Tafsir Abu Hatim.
Dan kitab-kitab penjelasan Al-Hadits seperti Fathul Bari karya Al-Hafizh Ibnu Hajar, namun hendaklah menghindari ketergelinciran beliau di dalamnya. Dan kitab ini adalah kitab terbaik dalam menjelaskan Shahih Al-Bukhari. Kitab ini dapat membantumu untuk memahami banyak sekali teks-teks hadits yang engkau butuhkan, akan tetapi tetap berhati-hati dengan penyimpangan-penyimpangan aqidah yang terdapat dalam kitab ini.
[Keempat] Kemudian hendaklah menguatkan tali persaudaraan antara kalian wahai Ikhwah, kami tidak mengetahui (ajaran Salaf) seperti perpecahan dan perselisihan ini. Demi Allah, fitnah (perpecahan) yang menimpa salafiyah dan salafiyin dunia sekarang ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Hal itu terjadi karena semakin banyak kepala, dan sangat disayangkan, penyakit cinta kepemimpinan telah tersebar, dan diperparah dengan banyaknya para penyusup di tengah-tengah barisan salafiyin, mereka telah mengoyak-ngoyak persatuan salafiyin hingga menjadi kacau balau.
Maka berhati-hatilah dari perpecahan dan waspadalah dari para pemecah belah tersebut. Kuatkanlah ukhuwah di antara kalian, jadilah seperti satu tubuh, sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Engkau lihat orang-orang yang beriman dalam kecintaan, kasih sayang dan kelembutan di antara mereka bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit hingga tidak bisa tidur dan merasa demam.” [HR. Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari sahabat yang mulia An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
Dan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
“Seorang mukmin dan mukmin yang lain bagaikan bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” Seraya beliau menyilangkan jari-jarinya [HR. Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari sahabat yang mulia Abu Musa radhiyallahu’anhu]
Saya mengira saat ini, masih banyak Salafiyin, apabila saudaranya sakit atau ditimpa musibah mereka malah bersenang-senang dan tidak ikut merasa sakit. Kenapa?! Karena banyaknya fitnah (perpecahan) terjadi ditengah-tengah mereka yang disebarkan oleh para pengikut hawa nafsu.
Aku pernah mengatakan beberapa kali, bahwa kami pernah mendapati Salafiyin di timur dan barat bumi seluruhnya saling mencintai dan bersaudara di atas manhaj yang satu, tidak ada perselisihan di antara mereka, maka tersebarlah dakwah salafiyah di seluruh dunia, baik timur dan barat.
Kenyataan ini disadari oleh orang-orang jahat dari kalangan Yahudi, Nasrani, para misionaris dan pemimpin-pemimpin kesesatan dari kalangan Syi’ah dan Sufi yang senantiasa bekerja sama dengan musuh-musuh Islam dan kelompok-kelompok sesat, demi Allah, mereka benar-benar bekerja sama dengan musuh-musuh Islam, dan mereka memiliki hubungan rahasia maupun terang-terangan, tidaklah mereka bekerja sama kecuali untuk melawan Manhaj Salafi. Mereka pun menebarkan dan menaburkan racun-racun perpecahan di tengah-tengah Salafiyin yang tersebar di timur dan barat bumi, jadilah Salafiyin tercerai berai dalam kondisi yang sangat parah.
[Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah Memberikan Peringatan Penting tentang Kondisi Salafiyin]
 ونشأ أناس لا يفهمون السلفية على وجهها يزعم أحدهم أنه سلفي ثم لا تراه إلا وهو يقطع أوصال السلفية لسوء سلوكه وسوء المنهج أو المناهج السيئة التي انتشرت وتهدف إلى تفريق السلفيين وتمزيقهم
السلفية تحتاج إلى عقلاء تحتاج إلى رحماء تحتاج إلى حكماء تحتاج قبل ذلك إلى علماء فإذا كانت هذه الأمور ليست موجودة في السلفيين فأين تكون السلفية ؟ تضيع بارك الله فيكم
“Dan telah muncul (di tengah-tengah Salafiyin), orang-orang yang tidak memahami Salafiyah secara hakiki, tetapi setiap mereka menyangka bahwa ia seorang Salafi, kemudian engkau tidak melihatnya kecuali ia selalu memutuskan hubungan antara Salafiyin, karena kejelekan akhlaknya dan kejelekan manhajnya atau tersebarnya manhaj-manhaj yang jelek untuk memecah belah dan mencerai-beraikan Salafiyin.
Salafiyah membutuhkan orang-orang yang berakal, penyayang, memiliki hikmah, dan yang lebih penting, membutuhkan para ulama. Maka apabila perkara-perkara ini tidak ada di tengah-tengah Salafiyin, akan ke manakah Salafiyah? Akan hilang.
Semoga Allah ta’ala memberkahi kalian.
[Kelima] Hendaklah kalian menuntut ilmu, yang dapat menjadikan setiap kalian memiliki kemampuan ilmu yang memadai, yaitu hapalan (dalil-dalil) dan pemahaman agama yang Allah ta’ala berikan kepada seseorang, untuk membantunya mempercepat dalam meraih ilmu, sampai Allah ta’ala memberikan manfaat dengannya, hingga ia mengumpulkan, mempersaudarakan dan menyatukan barisan Salafiyin di atas agama yang benar, sesuai kemampuannya. Demikian pula, ia memotivasi dan mendorong Salafiyin untuk menuntut ilmu, menebarkan ukhuwah dan kasih sayang ditengah-tengah mereka.
Adapun terhadap selain Salafiyin, bahkan Yahudi dan Nasrani sekalipun, sebarkanlah dakwah kalian di tengah-tengah mereka dengan hikmah dan nasihat yang baik. Tidakkah kalian membaca firman Allah ta’ala?
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
“Dan ajaklah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.” [An-Nahl: 125]
Dalam ayat ini, Allah ta’ala memerintahkan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam untuk mempergunakan metode ini dalam dakwah di tengah-tengah orang kafir, sebab hikmah dan nasihat yang baik apabila hilang dari sebuah dakwah maka dakwah itu akan terhenti. Apabila seseorang mempergunakan metode yang kasar dalam akhlak dan membuat manusia lari maka dakwah salafiyah akan berakhir. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan,
إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ
“Sesungguhnya di antara kalian, ada orang-orang yang membuat manusia lari (menjauh dari kebenaran).” [HR. Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari sahabat yang mulia Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallahu’anhu]
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam,
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا
“Permudahlah dan jangan dipersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari.” [HR. Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu]
Pergunakanlah metode-metode yang baik ini dalam dakwah, jika kalian benar-benar menginginkan kebaikan untuk diri kalian dan untuk manusia, ikutilah petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam pergaulan di antara kalian dan dalam menyebarkan dakwah ini,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang (sahabat) yang bersamanya keras terhadap orang-orang kafir, berkasih sayang sesama mereka.” [Al-Fath: 29]
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” [Al-Hijr: 88]
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali Imron: 159]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah manusia yang paling sempurna, paling mulia, paling fasih bicaranya dan paling berilmu, akan tetapi jika beliau tidak memiliki sifat lemah lembut maka manusia akan lari dan meninggalkan beliau dan dakwah beliau. Maka bagaimana denganmu wahai miskin (orang yang patut dikasihani karena tidak memiliki apa-apa) ?!
Kita butuh akhlak mulia, pergaulan yang baik, persaudaraan dan hubungan yang erat di antara kita sebelum mendakwahi yang lain, kemudian dalam dakwah kita gunakan hikmah dan nasihat yang baik.
Firman Allah ta’ala, “Keras terhadap orang-orang kafir.” [Al-Fath: 29], yakni apabila mereka tidak menyambut dakwah kita, maka kita perangi yang berhak diperangi, tentu saja setelah didahului dengan usaha-usaha mengajak mereka kepada kebenaran, setelah didakwahi, setelah dijelaskan, namun mereka masih menentang, maka kita gunakan metode yang keras sebagaimana terhadap orang-orang munafik, yaitu kita tegakkan atas mereka hujjah dan dalil yang jelas, bukan dengan akhlak yang buruk.
Adapun keras terhadap orang-orang kafir dengan pedang apabila mereka tidak mau masuk Islam, memusuhi Islam, menyombongkan diri dan memusuhi kaum muslimin, ketika itu disyari’atkan perang atas mereka.
Semoga Allah ta’ala memberkahi kalian.
[Penutup]
الشاهد: الآن نحن ما عندنا سيوف غير الحجة والبرهان والأخلاق. الأخلاق هي أمضى الأسلحة في كبت أهل الضلال ودمغهم بالحجة وفي رد الكافرين وفيه هداية الجميع إن شاء الله بارك الله فيكم
“Kesimpulan: Saat ini kita tidak memiliki senjata selain hujjah, dalil yang kuat dan akhlak. Akhlak adalah senjata yang paling tajam dalam menghadapi pengikut kesesatan, demikian pula dalam memerangi mereka dengan hujjah dan membantah orang-orang kafir, padanya terdapat hidayah bagi seluruhnya insya Allah ta’ala. Semoga Allah ta’ala memberkahi kalian.”
Kami mohon kepada Allah ta’ala agar memberikan taufiq kepada kami dan kalian untuk dapat mengamalkan apa yang Dia cintai dan ridhoi. Dan aku berharap Allah ta’ala menjadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang mendengarkan ucapan dan mengikuti yang terbaik.
Hendaklah kalian mengambil manfaat dari kebaikan dan kebenaran yang kalian dengarkan dan berusahalah untuk menerapkan dan mengamalkan. Semoga Allah ta’ala memberkahi kalian.
Dan insya Allah ta’ala, fenomena-fenomena yang buruk ini akan berhenti dengan hikmah dan menggunakan akal sehat, musuh-musuh pun akan putus asa dari memecah belah dan mencerai beraikan kita. Akan tetapi jika kita tidak mengamalkan akhlak ini, maka para pemuda Salafi akan terus menjadi permainan musuh-musuh mereka.
Hendaklah kalian memiliki hikmah, mempergunakan akal sehat, kesabaran, kasih sayang dan persaudaraan diantara kalian, kemudian sebarkan dakwah ini dengan akhlak yang mulia, maka engkau akan melihat bagaimana manusia menerima dakwah ini insya Allah ta’ala. Kami mohon taufiq kepada Allah ta’ala untuk kami dan kalian.
Diterjemahkan secara makna dari website resmi Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah [http://www.rabee.net/show_book.aspx?pid=5&bid=168&gid=]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  © Blogger templates addiinradio by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali ke Atas