Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-tab-view-di-blog.html#ixzz2EU7pdnWj
Diberdayakan oleh Blogger.

Permisalan Seorang Mu’min di dalam Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam


(Al Ustadz Idral Harits Hafizhahullah)
عن ابْنِ عُمَرَ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ شَجَرَةٍ خَضْرَاءَ لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَلَا يَتَحَاتُّ فَقَالَ الْقَوْمُ هِيَ شَجَرَةُ كَذَا هِيَ شَجَرَةُ كَذَا فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِيَ النَّخْلَةُ وَأَنَا غُلَامٌ شَابٌّ فَاسْتَحْيَيْتُ فَقَالَ هِيَ النَّخْلَةُ
 “Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata,”Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Perumpamaan seorang mukmin itu seperti sebatang pohon yang hijau, tidak berguguran daunnya,”
Orang-orang berkata,”Itu pohon ini, pohon itu.”
(Kata Ibnu ‘Umar,”)Aku ingin mengatakan,”Itu adalah pohon kurma,” sedangkan aku hanya seorang pemuda remaja, maka akupun malu.”
Beliau berkata,”Itu adalah pohon kurma.”(HR. Al Bukhari).


Ibnul Qayyim menerangkan beberapa segi keserupaan ini, sebagai berikut. 

Pohon kurma adalah salah satu tanda kekuasaan Allah Ta’ala yang mencengangkanmu. Ketika Allah menakdirkan padanya ada betina yang memerlukan pembuahan, dijadikanlah padanya jenis jantan yang akan membuahinya seperti halnya hewan..sebab itulah sangat besar keserupaannya dengan manusia dibandingkan pepohonan lainnya..terutama seorang mukmin, sebagaimana diperumpamakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Semua itu dapat dilihat dari beberapa sisi, di antaranya:
a. Kekokohan dan keteguhan akarnya yang menghunjam ke dalam tanah, tidak seperti tumbuhan yang mudah dicabut dari atas tanah, tidak memiliki keteguhan..

b. Buahnya yang baik dan manis, serta keumuman manfaatnya. Seperti itulah seorang mukmin, tutur katanya manis, baik tindak tanduknya, bermanfaat, untuk dirinya dan orang lain.

c. Daun-daunnya selalu melekat dan menghiasinya, tidak gugur, baik di musim dingin maupun musim panas. Demikianlah pula seorang mukmin, pakaian takwa selalu menghiasi dan melekat padanya sampai dia menemui Rabbnya Ta’ala.

d. Mudah memetik buahnya, mungkin karena rendah batangnya, atau menjuntai tandan buahnya, sehingga orang yang ingin memakannya, tidak terlalu sulit memanjatinya seperti pohon yang tinggi, seakan-akan kurma itu sudah dipersiapkan untuk mudah dipanjat. Seperti itulah keadaan seorang mukmin, kebaikannya mudah dan dekat untuk diperoleh, bagi mereka yang ingin mendapatkannya, dia bukan orang yang rendah dan hina.

e. Buah kurma termasuk buah yang paling bermanfaat, kadang dimakan saat masih basah (ruthab), atau kering, menjadi makanan pokok, lauk atau tambahan. Bahkan bisa pula dijadikan cuka dan manisan. Termasuk pula obat-obatan dan minuman serta manfaat lainnya. Bersama anggur, dia melebihi buah yang lainnya.

f. Pohon kurma adalah pohon yang paling tegar menghadapi angin kencang dan lainnya, demikian pula terhadap kekurangan air, tidak ada yang lebih tahan dibandingkan kurma. Seperti itulah seorang mukmin, dia sangat tegar dan tabah menghadapi terpaan badai ujian dan cobaan. 

g. Pohon kurma itu seluruh bagiannya berguna, tidak ada satupun yang gugur darinya yang sia-sia. Buahnya, bermanfaat. Batangnya, untuk atap dan tiang rumah. Pelepahnya sebagai penutup atap. Bisa diolah menjadi keranjang sampah, atau yang lainnya. Serabutnya bisa digunakan untuk mengisi bantal atau alas tidur. Kalaupun ada duri padanya, itupun menjadi sifat seorang mukmin, yang keras terhadap musuh-musuh Allah.
Kelemahlembutan seorang mukmin terhadap saudaranya, tidak ubahnya seperti ruthab pada kurma. 

h. Semakin bertambah usia pohon kurma itu, semakin bertambah baik keadaannya. Demikian pula seorang mukmin, semakin bertambah usianya, bertambah pula kebaikannya dan keelokan amalannya.
i. Hati pokok kurma adalah yang paling baik. Seperti itu pula hati seorang mukmin, paling baik dan manis.

j. Tidak pernah sama sekali hilang manfaatnya secara total. Andaikata pada bagian tertentu tidak berguna, pada yang lain ada manfaatnya. Seperti itulah seorang mukmin, tidak pernah kosong dari semua kebaikan. Kalau hilang dari satu sisi, maka dari bagian lain dapat diharapkan kebaikannya, siapapun aman dari kejelekannya.

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  © Blogger templates addiinradio by Ourblogtemplates.com 2008

Kembali ke Atas